Ketika Negara Gagal Mendengar

- Publisher

Jumat, 29 Agustus 2025 - 21:05 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Subhal jamil

Subhal jamil

*Oleh: Subhal jamil S. E, (Ketua Umum HMI Cabang Pamekasan)

 

KOLOM – Di tengah hiruk-pikuk kota Jakarta, suara rakyat kecil kembali tenggelam oleh deru kendaraan taktis dan barikade aparat.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kematian seorang pengemudi ojek online (ojol) dalam aksi demonstrasi bukan hanya luka bagi komunitas formal maupun informal, tetapi juga tamparan keras bagi negara yang seharusnya hadir sebagai pelindung, bukan penindas.

Baca Juga :  Dear Jatim Gelar Mimbar Bebas di DPRD Sumenep: 7 Tuntutan Reformasi Polri

Tragedi ini bukan insiden tunggal. Ia adalah puncak dari akumulasi ketidakpedulian terhadap jeritan mereka yang hidup di pinggiran sistem. Namun, alih-alih dialog, mereka disambut dengan tindakan preventif yang berujung fatal.

Mobil taktis yang seharusnya digunakan untuk menghadapi ancaman ekstrem justru menjadi alat yang merenggut nyawa warga sipil. Ini bukan sekadar kesalahan prosedural; ini adalah kegagalan moral.

HMI Cabang Pamekasan menganggap insiden ini sebagai bukti matinya nurani aparat. Pernyataan tersebut menggambarkan keresahan yang lebih luas: bahwa negara, dalam banyak kasus, lebih memilih membungkam daripada mendengar.

Baca Juga :  Logika, Angka, dan Kehidupan: Mengapa Matematika Penting?

Ketika suara rakyat dianggap gangguan, bukan panggilan untuk perubahan, maka demokrasi sedang berjalan mundur.

Kita perlu bertanya: apakah negara masih mampu membedakan antara ancaman dan aspirasi? Apakah aparat masih memahami bahwa demonstrasi bukanlah bentuk permusuhan, melainkan ekspresi konstitusional dari kekecewaan dan harapan?

Opini ini bukan ajakan untuk membenci institusi, melainkan seruan untuk membenahinya. Negara harus kembali pada prinsip dasar: melindungi, bukan melukai.

Baca Juga :  GAM JATIM Desak Usut Korupsi Pendidikan dan Copot Kadisdik Jatim

Aparat harus dilatih bukan hanya dalam taktik, tetapi juga dalam empati. Dan kita, sebagai masyarakat sipil, harus terus mengawal agar tragedi seperti ini tidak menjadi norma.

Karena ketika negara gagal mendengar, bukan hanya suara yang hilang bahkan nyawa pun ikut melayang.

Follow WhatsApp Channel timesin.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Ardiansyah pada Kubangan Lumpur
Mila Rosa Akan Tampil Di IMTV Jakarta Dalam Acara SHOW ONE Bersama Host Pipih Kurnia & Heru BosBro
Rasio Gaji BUMN Tidak Rasional
Panas-panas Tai Ayam Fenomena Purbaya Menteri Terbaik Prabowo, Alami Atau Rekayasa Sistematis?
Catatan Politik Bamsoet : Reduksi Kompleksitas Masalah dengan Inisiatif Baru dan Stimulus Ekonomi
Smart TV Seharga 26 Juta: Solusi Pendidikan atau Lelucon?
Patriotisme Konstitusional, Jalan Baru Kontribusi Militer Dalam Demokrasi dan Stabilitas Nasional
Detikone, Pers yang Menindas Martabat Perempuan

Berita Terkait

Senin, 13 Oktober 2025 - 11:39 WIB

Ardiansyah pada Kubangan Lumpur

Minggu, 12 Oktober 2025 - 14:04 WIB

Mila Rosa Akan Tampil Di IMTV Jakarta Dalam Acara SHOW ONE Bersama Host Pipih Kurnia & Heru BosBro

Minggu, 12 Oktober 2025 - 11:41 WIB

Rasio Gaji BUMN Tidak Rasional

Jumat, 10 Oktober 2025 - 16:34 WIB

Panas-panas Tai Ayam Fenomena Purbaya Menteri Terbaik Prabowo, Alami Atau Rekayasa Sistematis?

Kamis, 2 Oktober 2025 - 10:27 WIB

Catatan Politik Bamsoet : Reduksi Kompleksitas Masalah dengan Inisiatif Baru dan Stimulus Ekonomi

Berita Terbaru

Nasional

Situs Resmi PWI Dihack, PWI Pusat Sampaikan Permintaan Maaf

Kamis, 16 Okt 2025 - 12:49 WIB

You cannot copy content of this page