Ketika Tabarruj Dianggap Biasa: Saatnya Kita Bertanya

- Publisher

Jumat, 4 Juli 2025 - 12:30 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi.

Ilustrasi.

KOLOM – Pernahkah kita merasa janggal saat melihat gaya berpakaian atau cara tampil seseorang di ruang publik yang begitu terbuka dan mencolok?.

Anehnya, rasa janggal itu makin lama makin memudar. Kita mulai terbiasa. Kita mulai memaklumi. Lalu tanpa sadar, kita menerimanya sebagai hal yang wajar. Tapi benarkah ini sesuatu yang biasa? Ataukah kita sedang dibentuk untuk membiasakan sesuatu yang sebenarnya tidak pantas?

Dalam Islam, fenomena ini disebut dengan istilah tabarruj. Bukan istilah baru. Bukan pula istilah asing dalam diskusi keagamaan.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tabarruj adalah sikap atau kebiasaan menampilkan daya tarik secara berlebihan di hadapan orang lain, terutama laki-laki yang bukan mahram.

Baca Juga :  Catatan Pimpinan Redaksi Tentang Rokok Ilegal: Realita di Lapangan, Dilema di Kebijakan

Ia bisa muncul dalam bentuk pakaian yang ketat, riasan yang mencolok, wewangian yang kuat, atau bahkan sikap tubuh yang menggoda.

Intinya, tabarruj adalah ketika penampilan lebih ditujukan untuk dilihat dan dinikmati orang lain, bukan untuk menjaga diri.

Sayangnya, budaya tabarruj hari ini tidak lagi dianggap sebagai penyimpangan. Justru sebaliknya. Ia dirayakan sebagai simbol keberanian, dianggap bagian dari ekspresi diri, dan dikemas sebagai kebebasan perempuan. Media sosial ikut menyuburkan tren ini.

Tayangan, iklan, hingga konten digital tak jarang menampilkan perempuan dengan gaya yang jauh dari nilai-nilai kesopanan yang diajarkan Islam. Dan yang lebih mengkhawatirkan, banyak dari kita menyaksikannya tanpa lagi merasa risih.

Baca Juga :  Makna Pengorbanan Pada Sesama di Hari Raya Idul Adha 1446 H

Dalam Tafsir al-Jāmi‘ li-Aḥkām al-Qur’ān, al-Qurṭubī menjelaskan bahwa larangan terhadap tabarruj bukan semata-mata aturan kaku. Ia adalah bentuk perlindungan terhadap kehormatan perempuan dan stabilitas masyarakat.

Ketika menafsirkan Surah al-Ahzab ayat 33, al-Qurṭubī mengingatkan bahwa perempuan diperintahkan untuk menjaga diri di rumah, bukan karena terkungkung, tetapi agar tidak terjebak dalam kebiasaan masyarakat jahiliah yang senang memamerkan kecantikan di depan umum.

Nilai-nilai ini menjadi penting untuk kita renungkan. Apakah saat ini kita masih menjunjung kesopanan sebagai bagian dari iman? Ataukah kita sudah terbawa arus budaya bebas yang menjauhkan kita dari akhlak Qurani? Jangan sampai kita membungkus penyimpangan dengan kata indah bernama kebebasan, padahal yang terjadi adalah hilangnya batas dan kendali.

Baca Juga :  Menyoal Perampasan Hak Waris, Tinjauan Hukum, Etika, dan Perspektif Islam

Saatnya kita bertanya. Apakah kita masih peduli dengan batas-batas yang ditetapkan Allah? Ataukah kita telah memilih jalan yang nyaman tetapi mengabaikan nilai yang seharusnya kita jaga?.

Budaya tabarruj tidak boleh dinormalisasi. Ia bukan sekadar persoalan pakaian, tetapi cerminan dari sejauh mana kita menghargai kehormatan diri dan agama kita sendiri.

 

_________

Oleh: Ahmad Ainurroziq

Follow WhatsApp Channel timesin.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Makna Pengorbanan Pada Sesama di Hari Raya Idul Adha 1446 H
Banyak Masalah Karena Tidak Membaca: Aplikasi Hermeneutika Subjektif Ala Gadamer
Jika Saksi Diminta Diam, Jelas Hukum Dipermainkan
Copot Said Abdullah dari Ketua Banggar DPR RI
Sumenep Banjir Rokok Ilegal, Ternak Pita Cukai, Pengusaha Bentuk Paguyuban: Strategi Bertahan atau Siasat Bertahan Hidup?
Logika, Angka, dan Kehidupan: Mengapa Matematika Penting?
Matematika: Bahasa Keindahan Alam
Filsafat Matematika dalam Membangun Realitas

Berita Terkait

Jumat, 4 Juli 2025 - 12:30 WIB

Ketika Tabarruj Dianggap Biasa: Saatnya Kita Bertanya

Sabtu, 7 Juni 2025 - 18:40 WIB

Makna Pengorbanan Pada Sesama di Hari Raya Idul Adha 1446 H

Jumat, 30 Mei 2025 - 14:59 WIB

Banyak Masalah Karena Tidak Membaca: Aplikasi Hermeneutika Subjektif Ala Gadamer

Kamis, 22 Mei 2025 - 12:00 WIB

Jika Saksi Diminta Diam, Jelas Hukum Dipermainkan

Selasa, 20 Mei 2025 - 15:32 WIB

Copot Said Abdullah dari Ketua Banggar DPR RI

Berita Terbaru

Ekonomi

KOPERASI LAWAN TANDING KAPITALISME

Jumat, 4 Jul 2025 - 14:36 WIB

HMI Cabang Malang, MD KAHMI Kota Malang, Badko HMI Jawa Timur Bersama peserta Training Raya 2025.

News

HMI Cabang Malang Tampilkan Wajah Baru Lewat LPP

Kamis, 3 Jul 2025 - 18:09 WIB

You cannot copy content of this page