Program Koperasi Merah Putih Dinilai Lemah Tangani Akar Masalah Desa

- Publisher

Minggu, 20 Juli 2025 - 20:50 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

(Kiri) Ketua Umum HMI Cabang Malang. (Kanan) Zul Fahmi Fikar Ketua Bidang Pembangunan dan Pemberdayaan Desa.

(Kiri) Ketua Umum HMI Cabang Malang. (Kanan) Zul Fahmi Fikar Ketua Bidang Pembangunan dan Pemberdayaan Desa.

MALANG – Program Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih yang akan diluncurkan pemerintah secara nasional pada 12 Juli 2025 menuai kritik dari kalangan aktivis mahasiswa, Minggu (20/7).

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Malang menilai, program ini belum menyentuh akar persoalan perekonomian desa dan berisiko menimbulkan persoalan baru.

Melalui Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2025, pemerintah menargetkan pembentukan 80.000 unit koperasi dengan anggaran Rp3 miliar per koperasi.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Program ini diklaim mampu menciptakan dua juta lapangan kerja, menekan jeratan pinjaman online dan rentenir, serta menghasilkan keuntungan hingga Rp1 miliar per tahun.

Namun, Ketua Umum HMI Cabang Malang, Mirdan, meminta pemerintah mengkaji ulang efektivitas program tersebut terhadap kehidupan ekonomi masyarakat desa.

Baca Juga :  Gekrafs Sumenep Dorong Masyarakat Terlibat Langsung Dalam Pembentukan Kopdes Merah Putih

“Kita ketahui bersama bahwa dari zaman kolonial sampai pada era sekarang, desa hanya sebagai bentuk komponen negara yang sering kali diabaikan. Sehingga, sekiranya perlu kita sama-sama melihat, desa sebagai lokomotor pembaharu jika pemerintahan desa menggunakan tugas dan dwi fungsi mereka sesuai dengan aturan main yang berlaku. Pemerintah perlu mengkaji ulang, apakah hadirnya koperasi desa ini dapat memberikan dampak positif atau sebaliknya,” ungkap Mirdan.

BUMDes Lebih Luas, Koperasi Terbatas Simpan Pinjam

Sementara itu, Zul Fahmi Fikar, Ketua Bidang Pembangunan dan Pemberdayaan Desa HMI Cabang Malang, lebih tegas menyebut potensi penyalahgunaan dana dalam program ini.

Baca Juga :  BUMDes Permata Sentol Daya Diduga Kelola Usaha Asal-Asalan

“Koperasi Merah Putih belum tentu bisa menstabilkan perekonomian yang ada di desa atau kelurahan. Dengan biaya sebesar Rp3–5 miliar, saya khawatir koperasi ini justru menjadi ladang korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN),” ungkap Fikar.

Ia menambahkan, dibanding Koperasi Merah Putih, BUMDes memiliki cakupan usaha yang lebih luas dan menyentuh langsung kebutuhan masyarakat desa.

“Kita ketahui bersama bahwa di luar daripada pemerintahan desa ada yang namanya Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). BUMDes dan Koperasi Merah Putih sama-sama bertujuan mendorong perekonomian desa. Namun, BUMDes berperan lebih luas sebagai katalisator ekonomi, sedangkan Koperasi Merah Putih hanya bergerak di bidang simpan pinjam. Padahal, banyak BUMDes yang belum berjalan optimal. Jika BUMDes saja belum efektif, harapan terhadap Koperasi Merah Putih pun patut dipertanyakan,” jelas Fikar.

Baca Juga :  Mahasiswa KKN UIN Madura Bantu UMKM Desa Bunder Naik Kelas

Desa Butuh Alat Produksi, Bukan Pinjaman

Lebih lanjut, ia menyebut bahwa kebutuhan utama masyarakat desa saat ini bukanlah pada pinjaman uang, melainkan pada dukungan sarana produksi dan infrastruktur ekonomi.

“Desa memiliki potensi besar di sektor pertanian dan wisata. Namun, Koperasi Desa dinilai belum mewakili kebutuhan nyata masyarakat. Petani membutuhkan pupuk dan pestisida berkualitas, sedangkan nelayan memerlukan alat tangkap yang memadai agar pendapatan meningkat. Hal-hal inilah yang seharusnya menjadi perhatian pemerintah pusat, daerah, dan desa,” pungkasnya.

Follow WhatsApp Channel timesin.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

BM Billiard dan Cafe Dibuka, Adlani Rambe Ramaikan Acara
Peternakan Sapi Jadi Motor Baru Perekonomian Payudan Dundang
SPPG Yayasan Ibnu Bachir Klampar Pamekasan Dapat Apresiasi Luar Biasa, Jadi Percontohan Pelayanan Gizi Siswa
Barantin Kurang Peduli, Ekspor Sarang Walet Turun; ARPG Minta Komisi IV Lakukan Pengawasan
Menkeu: Dana Rp425 T Masih di BI
Pulsa Berlebih Kini Bisa Jadi Saldo, Begini Caranya
Bahtera Dingga Jaya Santuni Anak Yatim pada Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 H
Berdalih Bantu BI Checking Konsumen Bermasalah, Banyak Koprasi Simpan Pinjam Muncul Tanpa Pengawasan OJK

Berita Terkait

Minggu, 30 November 2025 - 06:53 WIB

BM Billiard dan Cafe Dibuka, Adlani Rambe Ramaikan Acara

Sabtu, 15 November 2025 - 16:12 WIB

Peternakan Sapi Jadi Motor Baru Perekonomian Payudan Dundang

Selasa, 11 November 2025 - 07:26 WIB

SPPG Yayasan Ibnu Bachir Klampar Pamekasan Dapat Apresiasi Luar Biasa, Jadi Percontohan Pelayanan Gizi Siswa

Selasa, 30 September 2025 - 21:41 WIB

Barantin Kurang Peduli, Ekspor Sarang Walet Turun; ARPG Minta Komisi IV Lakukan Pengawasan

Kamis, 11 September 2025 - 15:48 WIB

Menkeu: Dana Rp425 T Masih di BI

Berita Terbaru

You cannot copy content of this page