SUMENEP – Dewan Pimpinan Daerah Komite Nasional Pemuda Indonesia (DPD KNPI) Kabupaten Sumenep menggelar Forum Group Discussion (FGD) bertajuk Koperasi Merah Putih, yang menyoroti pentingnya semangat gotong royong sebagai roh dari koperasi desa (kopdes) di bawah naungan Merah Putih, Rabu (4/6).
Acara ini menghadirkan dua sosok penting dari lingkaran birokrasi: Kepala Dinas Koperasi dan UKM serta Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Sumenep. Keduanya sama-sama menyoroti satu hal yang kerap dilupakan: gotong royong sebagai nyawa koperasi.
“Roh dari Koperasi Merah Putih adalah gotong royong. Tanpa semangat itu, koperasi akan kehilangan arah dan maknanya,” ucap Kepala Dinas Koperasi, Moh. Ramli, dengan nada tegas.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Pernyataan itu bukan tanpa sebab. Di banyak desa, koperasi kerap berjalan setengah hati. Sekadar formalitas. Padahal, kata dia, koperasi seharusnya jadi wadah kolektif yang mampu mendorong kemandirian ekonomi warga desa.
Kolaborasi Jadi Kunci
Dari sisi lain, Kepala DPMD Sumenep, Anwar Syahroni Yusuf, AP., M.Si, menegaskan pentingnya kolaborasi lintas pihak. Pemerintah desa, pemuda, masyarakat umum hingga lembaga-lembaga pendamping harus turun tangan. Tidak bisa jalan sendiri-sendiri.
“Kita tidak bisa hanya mengandalkan satu pihak. Semua harus terlibat – dari perencanaan, pengelolaan hingga pengawasan,” tegasnya.
Di sisi lain, Ketua DPD KNPI Sumenep menyampaikan harapannya agar forum ini menjadi batu loncatan gerakan koperasi baru yang berbasis nilai-nilai kebangsaan dan semangat gotong royong.
“Kami ingin koperasi tidak hanya hidup di atas kertas, tapi benar-benar menjadi motor penggerak ekonomi rakyat di desa,” katanya.
Komitmen Bersama, Langkah Nyata
Diskusi ditutup dengan komitmen bersama: memperkuat jaringan kopdes (koperasi desa) dengan pendekatan yang membumi—kolaboratif, berbasis potensi lokal, dan berpijak kuat pada nilai gotong royong.
Sebuah langkah kecil, tapi bisa jadi awal dari pergerakan besar. Di tengah derasnya arus zaman, kopdes bisa menjadi jangkar ekonomi desa—asal dikelola dengan hati, semangat, dan keberanian untuk berubah.