SUMENEP – Ketiadaan saluran irigasi di jalur poros kabupaten di Guluk-Guluk, Ketawang, dan Pordapor, Kabupaten Sumenep, memperparah kerusakan jalan yang sebelumnya sudah memprihatinkan.
Hujan yang turun selama beberapa hari terakhir menyebabkan air menggenang dan menutup lubang-lubang besar di badan jalan, menciptakan situasi yang sangat berbahaya bagi pengguna jalan.
Genangan air tersebut bukan hanya menghambat lalu lintas, tetapi juga mempercepat kerusakan struktur jalan. Tanpa sistem drainase yang memadai, air terus-menerus meresap dan mengikis lapisan aspal.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Masalah utama di sini sebenarnya bukan cuma jalannya rusak, tapi airnya nggak punya tempat mengalir. Nggak ada saluran. Jadinya ya tergenang dan bikin jalan tambah hancur,” ujar Rofii, warga Desa Pordapor kepada TIMES IN, Minggu (20/4).
Kondisi ini tak hanya menyulitkan aktivitas warga, tetapi juga membahayakan keselamatan. Banyak pengendara terjebak dalam genangan, tidak menyadari adanya lubang besar yang tersembunyi di balik air keruh.
“Kalau siang mungkin masih bisa hati-hati, tapi kalau malam, nyaris tak terlihat. Sudah banyak yang jatuh. Beberapa kali kami harus bantu warga yang motornya nyemplung ke lubang dalam,” tambahnya.
Kondisi genangan air yang terus-menerus menutupi badan jalan bukan hanya menyulitkan pengendara, tapi juga merusak jalan dari dalam.
Air yang tidak mengalir ke saluran irigasi akan meresap ke lapisan aspal, melemahkan fondasi jalan secara perlahan.
“Genangan air adalah musuh utama infrastruktur jalan. Air yang menggenang merusak struktur aspal dari dalam. Apalagi kalau dibiarkan bertahun-tahun, jalan bisa rusak total,” jelasnya
Masyarakat mendesak agar pembangunan saluran air menjadi bagian dari prioritas dalam proyek perbaikan jalan mendatang.
Mereka menilai, tambal sulam tanpa penanganan akar masalah (irigasi) hanya akan membuang anggaran.
“Kalau cuma tambal lubang, musim hujan datang ya rusak lagi. Bangun irigasinya dulu, biar air bisa ngalir dan jalan tetap kering,” tegas Nawafil, warga Ketawang.