News

Mahasiswa Kritisi Sistem Perkuliahan yang Membunuh Idealisme

SALATIGA – Sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam kelompok Mahasiswa Penggugat melalui akun Instagram mereka, @mahasiswapenggugat, menyuarakan kritik tajam terhadap sistem pendidikan tinggi yang dinilai semakin menjauh dari cita-cita pembebasan dan pencerdasan, Selasa (2/7).

Dalam unggahan mereka yang bernada reflektif dan menggugah, kelompok ini menyoroti bagaimana kampus hari ini telah kehilangan ruh intelektualnya, menjelma menjadi institusi yang hanya mengurusi administratif akademik tanpa ruang pembebasan nalar.

Menurut mereka, sistem kuliah berbasis SKS saat ini justru menumpulkan akal sehat mahasiswa. Ruang-ruang kelas tak lagi menjadi wadah diskusi dan pertukaran pikiran, melainkan hanya ritual pengumpulan absen dan penugasan.

“Forum kuliah hari ini tidak lebih dari sekadar pengumpulan absen dan penugasan rutin. Mahasiswa hadir secara fisik, namun tidak disertai dengan nalar yang tumbuh,” tulis akun @mahasiswapenggugat.

Kelompok ini juga mengkritik perilaku sebagian dosen yang dianggap anti terhadap kritik dan menjadikan nilai sebagai alat tekan terhadap mahasiswa yang bersuara.

Di sisi lain, mereka menyesalkan sikap mahasiswa yang makin pasif, hadir hanya secara fisik tanpa memahami makna keilmuannya.

“Mereka hadir tapi tak mengerti, mencatat tapi tak memahami, bertanya hanya demi nilai. Tak ada keberanian untuk melawan, tak ada ruang untuk berpikir bebas,” tulis mereka dalam unggahan lainnya.

Mahasiswa Penggugat menilai bahwa kampus kini lebih sibuk mengejar target kelulusan dan akreditasi daripada menumbuhkan intelektualitas dan karakter.

Budaya akademik yang semakin birokratis dianggap menjadi penghambat tumbuhnya kebebasan berpikir.

Mereka menyerukan perlunya membangkitkan kembali tradisi berpikir kritis dan diskusi yang sehat di lingkungan kampus. Kampus, menurut mereka, semestinya menjadi rumah bagi akal sehat, ruang bagi pertarungan ide, bukan sekadar tempat menunggu ijazah.

“Mahasiswa seharusnya menjadi motor perubahan, bukan hanya pelengkap administrasi akademik. Pendidikan harus membebaskan, bukan menekan,” tegas kelompok tersebut.

Unggahan-unggahan dari akun @mahasiswapenggugat ini mendapat beragam respons dari kalangan mahasiswa lain dan menjadi cermin bahwa masih ada idealisme yang terus berdenyut di tengah sistem pendidikan yang semakin kering makna. *(Ainurroziq).

Redaksi

Recent Posts

Silat Bersatu di HUT Bhayangkara ke-79 Salatiga, Tanda Damai Budaya

Peringatan Hari Bhayangkara ke-79 di Lapangan Pancasila Kota Salatiga berlangsung dengan penuh khidmat dan kebersamaan.…

16 jam ago

Dugaan Korupsi dan Rekayasa Pembiayaan di BPRS Dilaporkan ke Polisi

Zainurrozi, pengadu yang juga menyasar para pejabat tinggi bank plat merah milik Kabupaten Sumenep tersebut,…

19 jam ago

Aktivis Desak Polisi Periksa Dirut RSUD Moh. Anwar Terkait Dugaan Korupsi Dana BLUD

Keprihatinan dan sorotan utama mereka berfokus pada RSUD dr. H. Moh. Anwar dan 30 Puskesmas…

1 hari ago

Terancam Penjara, Kades Beluk Ares dan Ketua DPRD Sumenep Terseret Skandal Pemerasan

Kasus ini telah naik ke tahap penyidikan, yang ditandai dengan diterbitkannya SPDP oleh Satuan Reserse…

1 hari ago

Dear Jatim: Penggerebekan Hotel oleh Sabhara Cacat Hukum, Pernyataan Kasi Humas Menyesatkan Publik

Ketua Dear Jatim Korda Sumenep, Mahbub Junaidi, menilai bahwa penggerebekan tersebut sarat pelanggaran hukum acara…

2 hari ago

Polres Sumenep Benarkan Penggerebekan Hotel di Bangselok

Ia menjelaskan, laporan awal dikirim warga melalui pesan langsung (Direct Message/DM) ke akun resmi Sabhara.…

2 hari ago

This website uses cookies.