JAKARTA – MVGX Tech Pte Ltd (MVGX) bersama BDO Indonesia resmi meluncurkan platform laporan keberlanjutan berbasis kecerdasan buatan (AI), Kamis (25/4).
Inisiatif ini merupakan bagian dari perluasan kerja sama strategis yang telah terjalin sejak 2023, sebelumnya fokus pada solusi dekarbonisasi melalui platform Carbon Connect milik MVGX.
“Melalui inisiatif ini, kedua perusahaan berkomitmen untuk mendukung pelaku usaha di Indonesia dalam memenuhi kewajiban regulasi, meningkatkan transparansi data ESG, serta menyederhanakan proses pelaporan keberlanjutan,” kata Thano Tanubrata, CEO BDO.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Ia menambahkan, pendekatan ini sejalan dengan dinamika kebijakan keberlanjutan di tingkat nasional. “Sekaligus kata Thano sapaan akrabnya, untuk membantu perusahaan dalam memenuhi standar pelaporan.”
“Platform AI ini metode pendekatan teknologi untuk perkembangan kebijakan keberlanjutan. Terutama dalam standart pelaporan, baik internasional maupun domestik secara lebih efisien dan akurat,” tandasnya.
Platform ini memanfaatkan model inferensi AI dan basis data faktor emisi terbesar di Asia, serta mendukung standar pelaporan seperti GRI, ISSB IFRS S1 dan S2.
“Pendekatan ini membantu perusahaan dalam memastikan pelaporan yang konsisten dengan strategi keberlanjutan jangka panjang,” ucap Thano.
Ia menyebut proses konvensional pelaporan keberlanjutan yang biasanya memakan waktu tiga hingga empat bulan kini bisa dipersingkat.
“Sementara untuk aksesibilitas bagi Emiten dan Perusahaan Publik, Platform ini dirancang agar mudah diakses dan dapat digunakan secara luas oleh seluruh perusahaan publik yang tercatat di Indonesia,” katanya.
“Melalui pendekatan berbasis template daring dan kuesioner terstruktur, perusahaan dapat menyampaikan data dengan lebih sederhana, konsisten, dan sesuai dengan ketentuan ESG yang berlaku.”
“Pendekatan ini tidak hanya mempermudah kepatuhan, tetapi juga membantu perusahaan mengurangi beban administrasi dan kompleksitas operasional yang sering kali dihadapi dalam proses penyusunan laporan keberlanjutan,” kata Thano.
Ia menegaskan pentingnya kepatuhan terhadap Peraturan OJK No. 51/2017. “Tingkat kepatuhan terhadap regulasi ini bahkan telah mencapai 100% selama periode 2019 dan 2021,” ungkapnya.
Thano menambahkan bahwa nilai aset berbasis keberlanjutan global terus meningkat. “Pada tahun 2022, nilai aset kelolaan berbasis keberlanjutan (Assets Under Management) telah melampaui USD 30,3 Triliun atau naik sekitar 20% dalam dua tahun terakhir.”