Timesin.id, Jakarta – Inovasi anak bangsa kembali menunjukkan taringnya dalam revolusi industri 4.0. Niriksagara, startup monitoring infrastruktur berbasis kecerdasan buatan (AI), menghadirkan solusi revolusioner mengubah data kerusakan jalan menjadi aset berharga bagi pengambilan keputusan pemerintah daerah. Startup yang meraih juara 1 hackathon ITB ini menjadikan Jakarta sebagai pilot project dalam terobosan yang disebut-sebut dapat mengoptimalkan anggaran perbaikan infrastruktur hingga miliaran rupiah.
Dipimpin oleh Chief Technology Officer (CTO) Rezaqul Khaq, Niriksagara tidak sekadar mendeteksi kerusakan jalan, namun mengubahnya menjadi data prioritas perbaikan yang akurat melalui teknologi computer vision. Solusi ini menjawab tantangan klasik pemerintah dalam mengelola aset publik yang selama ini mengandalkan sistem manual rentan error.
“Kami melihat peluang besar: pemerintah daerah membutuhkan mata yang cepat dan cerdas untuk memantau ribuan kilometer jalan. Selama ini, pelaporan seringkali lambat dan kurang terstruktur,” ujar Rezaqul Khaq “Niriksagara hadir untuk menjembatani kesenjangan ini. Kami tidak hanya ‘melihat’ lubang jalan, tapi mengubahnya menjadi data aksi yang langsung dapat ditindaklanjuti.”
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Computer Vision: Otak di Balik Deteksi Kerusakan Real-Time
Inti teknologi Niriksagara terletak pada sistem AI berbasis Computer Vision yang terpasang pada kendaraan survei. Proses kerjanya mengintegrasikan tiga tahap utama:
1. Pengambilan Data: Mobil dilengkapi kamera khusus merekam video secara kontinu saat menyusuri jalan
2. Pemrosesan AI: Video diproses menggunakan algoritma Computer Vision yang mampu mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan memetakan jenis serta tingkat kerusakan jalan mulai dari lubang, retakan, hingga pengelupasan permukaan
3. Visualisasi Aksi: Hasil pemetaan disajikan dalam Dashboard Prioritas yang user-friendly bagi para pemangku kepentingan
Dashboard ini memungkinkan pejabat teknis melihat secara real-time sebaran kerusakan terparah, sehingga intervensi perbaikan dapat diprioritaskan berdasarkan tingkat urgensi dan lokasi, menggantikan ketergantungan pada laporan manual yang sporadis. Data ini sekaligus menjadi basis penentuan anggaran perbaikan yang lebih tepat sasaran.
Konteks Nasional: AI untuk Aset Publik
Inovasi Niriksagara hadir di saat yang tepat, seiring dengan meningkatnya kesadaran pemerintah akan pentingnya pemanfaatan teknologi untuk pengelolaan aset negara. Kementerian Keuangan melalui Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) telah menyoroti peran fundamental penilaian dan pengelolaan aset negara yang transparan, produktif, dan akuntabel .
Penerapan AI dalam konteks ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan peran manusia, melainkan mengaugmentasi kemampuan analisis yang sudah ada. Seperti ditekankan dalam berbagai kajian DJKN, ada banyak aspek penilaian yang bersifat kualitatif, sensorik, dan kontekstual yang berada di luar jangkauan AI, seperti menilai kondisi fisik secara langsung, memahami konteks pasar lokal, dan menerapkan pertimbangan profesional .
“Inovasi Niriksagara sejalan dengan tren augmentasi AI di sektor publik, di mana teknologi dan manusia berkolaborasi untuk hasil yang optimal,” jelas seorang pakar tata kelola aset yang tidak ingin disebutkan namanya.
Dampak dan Nilai Strategis
Keberhasilan implementasi teknologi semacam Niriksagara telah terbukti di beberapa daerah percontohan. Penggunaan teknologi serupa QR Code dan AI dalam pengelolaan aset SKPD di Kabupaten Sleman berhasil mempercepat proses inventarisasi hingga 60% lebih cepat, sementara Kota Surabaya berhasil menekan biaya perawatan aset hingga 25% melalui analisis AI yang predictive .
Niriksagara menawarkan fleksibilitas model implementasi yang disesuaikan dengan kebutuhan pemerintah, terutama dalam hal keamanan dan kepemilikan data:
· Akses Dashboard (Berlangganan): Pemerintah mendapatkan akses login untuk mengalirkan data kerusakan yang telah terproses
· On-Premise (Kepemilikan Data Penuh): Opsi ini memungkinkan pemerintah menyimpan seluruh data di infrastruktur internal, yang umumnya menjadi preferensi instansi pemerintah besar seperti DKI Jakarta masih dalam tahap progress
“Fokus kami saat ini adalah pada solusi B2G (Business-to-Government), memastikan pemerintah dapat mengakses data prioritas melalui sistem login internal. Transparansi dan kepastian data adalah kunci,” tutup Rezaqul.
Dukungan Ekosistem dan Masa Depan
Langkah Niriksagara didukung oleh perkembangan ekosistem AI nasional yang semakin matang. Pemerintah Indonesia sedang mempersiapkan pembentukan “sovereign AI fund” dan peta jalan nasional untuk mendanai ambisi menjadi pusat regional pengembangan teknologi kecerdasan buatan . Lembaga pengelola dana pemerintah untuk pengembangan AI ini diproyeksikan dibentuk pada periode 2027-2029 melalui skema pembiayaan publik-swasta.
Selain itu, komitmen pemerintah juga tercermin dari kerja sama dengan perguruan tinggi dalam mendukung pemanfaatan AI secara luas. Seperti disampaikan Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, dalam kunjungannya ke Universitas Gadjah Mada akhir 2024, pemerintah akan menerapkan strategi bertahap untuk menghadapi perkembangan AI .
“Memang ada pekerjaan yang hilang, tetapi lebih banyak peluang baru yang muncul. Ini adalah kesempatan besar yang harus dimanfaatkan oleh generasi muda kita,” tegas Meutya .
Dengan terobosan ini, Niriksagara tidak hanya berpotensi mengoptimalkan anggaran dan mempercepat perbaikan infrastruktur, tetapi juga menandai dimulainya era baru pengelolaan aset publik di Indonesia di mana data dan AI menjadi tulang punggung pembangunan yang efisien dan berkelanjutan.***












