Farisa Ana Risqiyah
KOLOM – Sering kali, matematika dipandang sebagai ilmu yang kaku, dikelilingi oleh rumus dan perhitungan yang rumit. Namun, di balik semua itu terdapat dimensi yang lebih mendalam: jejak kebenaran yang dapat kita temukan melalui angka-angka.
Filsafat matematika mengajak kita untuk merenungkan makna hakiki dari angka serta konsep yang kita gunakan. Apa arti sejati dari angka-angka ini? Dari manakah asal kebenaran matematis? Dalam esai ini, kita akan menjelajahi bagaimana angka dapat memandu kita menuju pemahaman yang lebih dalam tentang kebenaran.
Angka bukan sekadar simbol; mereka merupakan representasi dari realitas yang kita alami. Dalam kehidupan sehari-hari, kita menggunakan angka untuk berbagai keperluan—mengukur waktu, menghitung jarak, atau menilai prestasi.
Ketika kita mengatakan, “Saya berusia 30 tahun,” angka tersebut bukan hanya menunjukkan usia, tetapi juga mencerminkan pengalaman, perjalanan hidup, dan pelajaran yang telah diperoleh. Dengan demikian, angka mengandung makna yang lebih dalam dan kompleks.
Di dalam matematika, kebenaran umumnya diartikan sebagai konsistensi dan keakuratan teori serta pembuktian. Konsep ini sangat penting agar kita dapat mempercayai hasil-hasil matematis yang ada.
Sebagai contoh, teorema Pythagoras—yang menyebutkan bahwa dalam segitiga siku-siku, kuadrat panjang sisi miring sama dengan jumlah kuadrat panjang kedua sisi lainnya—telah dibuktikan berulang kali selama berabad-abad. Setiap kali kita menerapkan teorema ini, kita memegang pada kebenaran yang telah teruji oleh waktu dan pengalaman.
Filsafat matematika mendorong kita untuk mempertanyakan dasar-dasar logika dan aksioma yang mendasari disiplin ini. Apakah angka-angka itu ada secara objektif, ataukah mereka hanyalah konstruksi dari pikiran manusia? Filsuf seperti Plato berpendapat bahwa angka dan bentuk geometris ada dalam dunia ide yang sempurna, sementara matematikawan modern sering melihat matematika sebagai hasil dari pengamatan dan pengalaman manusia.
Matematika sering digunakan untuk menjelaskan fenomena di dunia nyata. Misalnya, fisika menggunakan persamaan matematis untuk meramalkan perilaku benda-benda fisik. Dalam konteks ini, angka bukan hanya sekadar representasi, melainkan juga alat untuk memahami dan memprediksi dunia. Dengan demikian, kita dapat melihat betapa eratnya keterkaitan antara matematika dan kenyataan.
Menelusuri jejak kebenaran dalam angka adalah perjalanan yang kaya akan makna. Matematika bukan hanya sekedar alat untuk menghitung, tetapi juga bahasa yang menggambarkan realitas dan kebenaran di sekitar kita.
Dengan mendalami filsafat di balik angka, kita dapat lebih menghargai keindahan dan kompleksitas dunia matematis. Setiap angka menyimpan cerita dan kebenaran yang menunggu untuk diungkap, menjadikan perjalanan ini tidak hanya sebagai proses ilmiah, melainkan juga suatu eksplorasi filosofi yang mendalam.
*Oleh : Farisa Ana Risqiyah ( Mahsiswa prodi TMTK 2A UIMSYA BLOKAGUNG BWI)
Jaringan Kawal Jawa Timur menilai KPK lamban dan cenderung tebang pilih. Dalam aksi demonstrasi di…
Buntut adanya dugaan carut marutnya pengelolaan Dana Desa (DD) dan Alokasi Dana Desa (ADD) sebagaimana…
Peringatan Hari Bhayangkara ke-79 di Lapangan Pancasila Kota Salatiga berlangsung dengan penuh khidmat dan kebersamaan.…
Dalam unggahan mereka yang bernada reflektif dan menggugah, kelompok ini menyoroti bagaimana kampus hari ini…
Zainurrozi, pengadu yang juga menyasar para pejabat tinggi bank plat merah milik Kabupaten Sumenep tersebut,…
Keprihatinan dan sorotan utama mereka berfokus pada RSUD dr. H. Moh. Anwar dan 30 Puskesmas…
This website uses cookies.