Matematika: Bahasa Keindahan Alam

- Publisher

Kamis, 8 Mei 2025 - 11:55 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Farah Dzihna Muhtarom dan Reishard Nathan Yusuf (Uimsya Blokagung Banyuwangi). Ilustrasi by AI

Farah Dzihna Muhtarom dan Reishard Nathan Yusuf (Uimsya Blokagung Banyuwangi). Ilustrasi by AI

KOLOM – Apakah Anda pernah berpikir ketika memandang gelombang laut, atau ketika menyaksikan jajaran pegunungan, bahkan ketika melihat kumpulan bintang di kegelapan malam, bahwa keindahan tersebut hanyalah kebetulan semata? Mungkin di antara kita ada yang beranggapan bahwa itu adalah ciptaan Tuhan yang sangat memukau, tiada satu pun makhluk yang dapat menandinginya.

Namun, di balik lekuk dan garis, tersimpan sebuah bahasa sunyi yang mengikat kesempurnaan: matematika. Tanpa kita sadari, alam adalah bahasa konteks nyata dari rangkaian angka dan pola, yang tidak hanya bisa dilihat dan dirasakan, tetapi juga bisa dihitung dan dipahami.

Filsafat di Balik Rumus Matematika

Ini juga menjawab pertanyaan yang sering diajukan oleh para pencinta matematika, “Sebenarnya, apa manfaat dari perhitungan rumus ini?” Karena banyaknya pertanyaan semacam itu, penting untuk menghidupkan kembali refleksi terhadap filsafat matematika yang ditemukan oleh para filsuf di seluruh dunia.

Ternyata, matematika bukan sekadar angka-angka kaku yang tertulis di atas kertas atau kumpulan rumus yang sulit dipahami. Selain itu, ia adalah sebuah bahasa universal yang menjangkau tanpa batas, terbukti dengan keindahan dunia yang bisa dinikmati oleh penduduknya dan dirasakan melalui mata, jiwa, serta pikiran.

Melalui matematika, kita akhirnya menyadari dan mengungkap sebuah fakta bahwa keteraturan alam itu nyata, sebuah simfoni angka yang mengatur pergerakan planet, fraktal yang dapat ditemukan di awan, kristal salju, bahkan struktur mikroskopis kehidupan.

Pola-Pola Matematika dalam Alam

Dalam dunia tumbuhan sendiri, pola-pola matematika terlihat secara nyata. Melalui urutan Fibonacci, dapat dibuktikan dalam susunan daun, kelopak bunga, hingga penataan biji bunga matahari.

Baca Juga :  Logika, Angka, dan Kehidupan: Mengapa Matematika Penting?

Dalam urutan -1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, angka-angka ini menggambarkan pola yang efisien. Gelombang laut yang mengikuti persamaan diferensial, pergerakan planet yang tunduk pada hukum gravitasi Newton.

Tidak hanya itu, pada kepingan salju, simetri enam sisi juga merupakan bukti nyata bahwa alam bukan hanya simbol keindahan, tapi juga tersusun dari keteraturan yang bisa dirumuskan.

Rasio Emas dan Harmoni Semesta

Masih ada lebih jauh lagi, konsep rasio emas (golden ratio) yang bernilai sekitar 1,618 menunjukkan bagaimana keindahan dan matematika bersatu dalam suatu hal yang sangat menakjubkan.

Rasio ini ditemukan dalam proporsi tubuh manusia, juga pada struktur bangunan kuno, bahkan cangkang nautilus. Dengan sendirinya, alam memilih bentuk yang proporsional secara matematis dan harmonis, sempurna di mata manusia.

Bahasa Sunyi yang Menyatukan

Dengan menyadari bahwa matematika adalah bahasa alam, kita memperoleh pelajaran penting bahwa kita harus menghargai angka yang bukan hanya berfungsi sebagai alat hitung, tetapi juga sebagai sarana yang membantu kita memahami bahwa keteraturan dan keindahan berjalan beriringan.

Baca Juga :  Merayakan Semangat Emansipasi: Makna Hari Kartini di Era Modern

Dengan kecerdasan otak manusia dalam memahami pola matematis alam, kita belajar untuk menghargai betapa rumit dan menawannya kehidupan yang kita jalani, dan dengan itu, kita mempelajari bagaimana alam berfungsi mulai dari molekul terkecil yakni atom hingga galaksi yang membentang luas.

Akhirnya, matematika menghubungkan kita dengan alam melalui bahasa sunyi yang ditulis oleh rangkaian bintang, gelombang ombak, dan dedaunan yang berjatuhan. Mungkin inilah cara matematika mengajak kita untuk kembali mencintai alam.

 

____________

*Oleh: Farah Dzihna Muhtarom dan Reishard Nathan Yusuf (Uimsya Blokagung Banyuwangi)

Follow WhatsApp Channel timesin.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Refleksi Hari Kemerdekaan Republik Indonesia Ke 80: Migas Sumenep, Siapa Diuntungkan?
Komisi Informasi: Seleksi, dan Nyinyir yang Tak Pernah Usai
Madura di Persimpangan Jalan: Menjadi Provinsi atau Tetap Bersama Jawa Timur?
Dana yang Menguap pada Hukum yang Mengendap: Drama Panjang BSPS
DPRD Bukan Lembaga Wisata, APBD Bukan Tiket Pelesiran
Berpikir Kritis: Mengakui Kekurangan Sebagai Strategi Kemajuan Pendidikan Islam
Dari #KataBisaUntag Mencerminkan Motivasi di Era Digital
Ketika Tabarruj Dianggap Biasa: Saatnya Kita Bertanya

Berita Terkait

Selasa, 19 Agustus 2025 - 17:11 WIB

Refleksi Hari Kemerdekaan Republik Indonesia Ke 80: Migas Sumenep, Siapa Diuntungkan?

Senin, 18 Agustus 2025 - 09:18 WIB

Komisi Informasi: Seleksi, dan Nyinyir yang Tak Pernah Usai

Rabu, 30 Juli 2025 - 16:42 WIB

Madura di Persimpangan Jalan: Menjadi Provinsi atau Tetap Bersama Jawa Timur?

Rabu, 30 Juli 2025 - 14:36 WIB

Dana yang Menguap pada Hukum yang Mengendap: Drama Panjang BSPS

Sabtu, 12 Juli 2025 - 12:10 WIB

DPRD Bukan Lembaga Wisata, APBD Bukan Tiket Pelesiran

Berita Terbaru

You cannot copy content of this page