PAMEKASAN – Aliansi Petani Tembakau Pamekasan (Lapan) melakukan audiensi dan menyampaikan aspirasi langsung kepada Bupati Pamekasan, KH Kholilurrahman yang bertempat di Pendopo Ronggo Sukowati Selasa (16/9).
Pertemuan ini fokus membicarakan tataniaga tembakau, khususnya soal sampel tembakau yang selama ini diambil pihak gudang tanpa dihargai, serta keakuratan timbangan dalam proses jual-beli.
Koordinator Lapan, Abd Azis, menegaskan bahwa bagi petani, musim panen tembakau adalah momentum besar layaknya hari raya.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Setelah berbulan-bulan merawat tanaman, menanggung biaya dan risiko gagal panen, saatnya hasil keringat itu dihargai.
“Perjuangan petani sudah saatnya dihargai betul dan tidak dirugikan dengan cara-cara yang merugikan. Sampel yang diambil harus dibeli, bukan cuma diambil cuma-cuma,” tegas Abd Azis.
Ia menambahkan, satu kilo sampel per bal yang diambil pabrikan secara akumulatif menjadi keuntungan besar di pihak gudang, sementara petani harus menelan kerugian diam-diam.
Karena itu, Lapan mendesak adanya revisi Perda atau regulasi baru dari Bupati agar sampel yang diambil wajib dihargai.
Selain itu, mereka juga menyoroti keadilan dalam penimbangan tembakau yang kerap memunculkan selisih merugikan petani.
Menurut Lapan, tanpa pengawasan ketat, hal ini akan terus menjadi luka lama yang terulang setiap musim panen.
Sementara itu, Bupati KH Kholilurrahman menanggapi serius aspirasi ini. Dengan suara tenang namun penuh penekanan, ia menyatakan setuju bahwa sampel harus dihargai dan timbangan sudah dilakukan dengan transparan dan menggunakan elektrik.
“Kita menginginkan bahwa tembakau petani dibeli dengan maksimal, dan sampel pun ikut dibeli. Mari kita sama-sama berjuang untuk hal ini,” ujarnya.
Meski saat ini Perda yang berlaku masih menjadi kendala, Bupati menegaskan komitmennya untuk mencari jalan keluar melalui mekanisme hukum yang ada.
Pemerintah Kabupaten Pamekasan, katanya, tidak boleh berpihak pada yang kuat, melainkan harus berdiri di sisi petani sebagai tulang punggung ekonomi daerah.
Audiensi ini tidak hanya menghadirkan dialog, tetapi juga menyulut semangat baru di kalangan petani. Dukungan yang datang dari organisasi Islam, aktivis mahasiswa, dan berbagai elemen masyarakat menunjukkan bahwa perjuangan petani tembakau bukanlah perjuangan pribadi, melainkan perjuangan kolektif.
Dengan adanya komitmen Bupati, harapan mulai tumbuh bahwa ke depan tataniaga tembakau di Pamekasan akan lebih adil. Petani tak lagi hanya menjadi objek, tetapi benar-benar merasakan keuntungan dari kerja keras mereka.