Ketika Dendam Koruptor Bertemu Geng Solo: Targetnya Prabowo

- Publisher

Kamis, 4 September 2025 - 18:07 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Catatan dari Podcast Analisa Intelejen Kol. Purn. Sri Rajasa Chandra.

Timesin.id, Jakarta – Demo itu biasanya sederhana. Ada isu, ada massa, ada polisi, selesai. Tapi demo kali ini rumit. Jalurnya berbelok-belok. Awalnya isunya jelas: usut Jokowi, usut Gibran lewat DPR. Tapi entah bagaimana, tiba-tiba DPR yang jadi sasaran.

Rumah Sahroni diserbu. Rumah Uya Kuya dijarah. Rumah Sri Mulyani hampir hancur. Semua diarahkan ke DPR. Pesannya jelas: _”jangan coba-coba bongkar masa lalu Jokowi.”_

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kolonel (Purn) Sri Rajasa Chandra, pakar intelijen, membaca ini dengan mata tajamnya: ini bukan demo murni. Ini demo yang dibajak. Ada yang mendanai. Ada yang mengatur. Ada yang mengalihkan isu.

Siapa pendananya? Ia menyebut satu nama: Riza Chalid. Lama mengendap, kini muncul lagi. Dendam karena kasus besar yang menyeretnya. Logistik demo butuh uang, dan dia punya alasan untuk membayar.

Baca Juga :  Relawan Tunas Prabowo 08 : Rangkap Jabatan Wamen Perlu Ditinjau Ulang oleh Presiden Prabowo 

Siapa operatornya? Geng Solo. Mereka yang menggerakkan. Menyebar narasi. Mengatur target. Menyulut massa. Dan yang paling berbahaya: membelokkan arah. Dari “usut Jokowi-Gibran” menjadi “gusur DPR”.

Lalu siapa target akhirnya? Prabowo.
Strateginya dua langkah:

1. Bekukan DPR lebih dulu dengan teror. Biar ciut. Biar tak berani buka kasus lama.

2. Setelah itu, lempar bola ke Presiden. Tampilkan pemerintah sebagai lamban, aparat sebagai kacau, TNI sebagai salah langkah.

Ya, TNI. Itu juga bagian dari skenario. Kostrad diturunkan ke jalan. Bahkan Asintel Kostrad sempat bicara di depan massa. Itu aneh. Biasanya polisi tidak suka berbagi panggung. Tapi kali ini justru dibuka lebar. _“Itu jebakan,”_ kata Sri Rajasa. _Killing ground._ Kalau ada lemparan batu, tentara bisa bereaksi dengan cara tempur. Dan citra TNI hancur. Gratis.

Baca Juga :  Fraksi PKB DPRD Jatim, Nur Faizin Setuju Atas Pengesahan Raperda PT BPR Jadi Perda

Polisi pun main standar ganda. Di satu titik mereka keras, di titik lain mereka diam. Fasilitas vital dibakar, gudang senjata Gegana hampir jebol. Setelah itu gampang saja: dilempar isu “ini ulah Anarko”. Padahal orang intel tahu, itu kerja preman-preman terlatih, bukan kelompok ideologis.

Bahaya yang lebih halus: informasi ke Presiden. Menurut Sri Rajasa, semua disaring lewat satu pintu. Akibatnya Prabowo seperti melihat air tenang di permukaan, padahal arus deras di bawahnya. _“Presiden bisa dibungkam bukan dengan mulutnya, tapi dengan informasi yang dipoles,”_ katanya.

Jadi garis besarnya begini:

Riza Chalid: pendana, balas dendam lama.

Baca Juga :  Pengamat Komunikasi Politik: Ada Peran Dasco dalam Kelihaian Komunikasi Politik Prabowo

Geng Solo: operator, mengatur lapangan.

Prabowo: target akhir.

Kalau rantai ini dibiarkan, ujungnya jelas: DPR lumpuh, TNI rusak citra, dan Presiden kehilangan legitimasi.

Lalu apa solusinya? Sri Rajasa menyarankan tiga hal cepat :

1. Putus _bottleneck_ informasi. Presiden harus punya tim kecil yang memberi laporan langsung, apa adanya.

2. Tarik Kostrad dari jalan. Demo itu urusan polisi, bukan pasukan tempur.

3. Amankan DPR. Bukan karena anggota dewan istimewa, tapi karena DPR adalah jantung demokrasi.

Sisanya: buru aliran uang, tindak operator lapangan, dan beri isyarat tegas pada publik. Kalau itu dilakukan, bara di jalan akan padam.

Karena demo ini bukan demo biasa. Ini demo dendam. Dendam koruptor. Dan targetnya: Presiden sendiri.

Follow WhatsApp Channel timesin.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Presidium PNI Dukung Program Prioritas Asta Cita Prabowo Gibran Bidang Kesehatan dan Program MBG
Aliansi Masyarakat Pendukung Presiden Prabowo Sampaikan Pernyataan Sikap di Monas
Analisa Kondisi Objektif KekuataAnalisis Kondisi Objektif Kekuatan Politik Jokowi dan Wapres Gibran Rakabuming Raka Pasca Pilpres 2024
Tragedi Runtuhnya Kepercayaan Rakyat
Syafrudin Budiman Desak Pimpinan PAN Dukung RUU Perampasan Aset
Kesalahan Gerakan Reformasi 1998
Ketua Umum Presidium PNI Jan Maringka merespon Positif Redanya Aksi-Aksi Demo yang berujung Anarkis
SEMMI Cabang Jakarta Selatan Tegaskan Tidak Keluarkan Instruksi Aksi 28 Agustus 2025 di DPR RI

Berita Terkait

Minggu, 5 Oktober 2025 - 20:03 WIB

Presidium PNI Dukung Program Prioritas Asta Cita Prabowo Gibran Bidang Kesehatan dan Program MBG

Minggu, 28 September 2025 - 16:52 WIB

Aliansi Masyarakat Pendukung Presiden Prabowo Sampaikan Pernyataan Sikap di Monas

Jumat, 12 September 2025 - 20:24 WIB

Analisa Kondisi Objektif KekuataAnalisis Kondisi Objektif Kekuatan Politik Jokowi dan Wapres Gibran Rakabuming Raka Pasca Pilpres 2024

Selasa, 9 September 2025 - 09:10 WIB

Tragedi Runtuhnya Kepercayaan Rakyat

Minggu, 7 September 2025 - 23:38 WIB

Syafrudin Budiman Desak Pimpinan PAN Dukung RUU Perampasan Aset

Berita Terbaru

You cannot copy content of this page